Saturday 17 February 2024
Monday 9 October 2023
Nasib anak cowo Cina
Yang kenal saya mungkin bingung sakit apa saya? dari yang awal muda sehat selalu, tiba tiba drop dan habis habisan. Perjalanan kali ini membuat saya sadar banyak hal, dan mulai mengenal TAO dan belajar pengobatan tradisional.
Mulai memikirkan apa itu bahagia? apa itu hidup?
Saya sakitnya pikiran, sebagai anak cowo pertama di keluarga; semua demand, anak cowo harus bagini, harus begitu, tidak salah memang... namun melelahkan. Sejak kecil saya diajarkan untuk menjaga keluarga, menjaga adik adik saya; dll.
Kemudian keluarga istri juga, berharap anak cowo harusnya bisa begini, harusnya bisa begitu... melelahkan; semua berharap. Selama ini harapan harapan itu saya usahakan dan perjuangkan, karena saya prcaya itu adalah hal baik.
FISIK, salah satu kesalahan terbesar yang saya rasakan adalah; karena saya dulu atlet, dan sehat. Saya terus merasa sehat akhirnya tubuh ini terus saya genjot, saya paksakan (tidak bergaya hidup sehat).
POLA PIKIR, karena didikan waktu kecil, saya terus berpikir untuk maju...maju...maju, sukses...sukses...sukses; bisa dibilan dengan cara yang salah, yaitu terus berharap harap, berpikir pikir, dan kurang aksi.
Hingga akhirnya, 3 tahun ini bertemu masalah besar, dan untuk menyelesaikan menghabiskan segala mental dan fisik saya. Bertemu orang yang Narsistik dan saya berjuang sendiri untuk melepaskan diri, hingga akhirnya hutang Bank dll, seluruh keluarga bahkan menyalahkan saya (seharusnya sebagai kaka tidak begitu?!?dll ) hadehh melelahkan.
LINGKUNGAN, berhati hati ketika bergaul. Masalah mental itu nyata dan mengerikan. Narsisistik dan Psikopat itu mirip hanya saja hasil akhirnya berbeda, berhati hatilah...
Kasihanilah para cowo cowo, jangan selalu demand sebagai cowo harus begini harus begitu... jika demand, mohon supportnya. Bantuannya, jangan apa apa cowo harus bisa, harus bisa... melelahkan.
Tuesday 12 September 2023
Stress, GERD, Darah Tinggi
Kondisi ini membawa saya untuk akhirnya mencari tahu, makan seperti apa yang baik dan sehat; dan akhirnya ada kesempatan untuk berbincang singkat dengan kenalan yang kuliah S2 Psikologi di Australia. Pada kesempatan diskusi tersebut, ada 1 hal yang saya ingat kuat, yaitu : "Pikiran kira bisa menjadi sangat jahat" dan hal ini mengingatkan saya dengan ajaran Buddha, yang juga secara tidak langsung memberi gambran bahwa pikiran yang tidak terkendali akan dapar menyebabkan celaka (karena inilah meditasi sangat penting di dalam agama Buddha).
Menurut yang saya alami, analisa saya terhadap diri sendiri; semua berawal dari pikiran yang terbebani, perasaan perasaan yang tidak terkendali menyebabkan stress, stress yang menumpuk akhirnya berubah menjadi depresi, frustasi; berlanjut menjadi hidup tidak bahagia, dan mulai muncul kebiasaan buruk, seperti begadang, makan tidak sehat, dll. Hal ini terus berlanjut dan akhirnya setelah tibuh tidak sanggup menerima beban pikiran dan hidup tidak sehat tersebut; akhirnya sakit keras; seperti GERD, Darah Tinggi, dll.
Memendam perasaan negatif, memikirkan sesuatu dengan sangat keras saya rasa adalah salah satu penyebeb stress; untuk bisa pasrah, tenang adalah jalan untuk bisa sehat dan tidak stress.Pikiran negatif karena apa? banyak hal, bisa terjadi, karena pekerjaan, bisnis, atau masalah lainnya bisa menjadi penyebab; karena itu penting untuk memiliki pikiran yang kuat, dan pasrah tidak memendam.
Namun bagaimana jika tidak ada jalan keluar? kita sadari saja bahwa ini adalah hidup kita, takdir; yang bisa kita lakukan hanya menjalani saja hari demi hari. Sulit memang, namun semakin memendam, semakin kita tidak menerima, sakit kita hanya akan semakin keras. KARENA ingat penyebab sakitnya adalah pikiran.
Apa ada yang mengalami seperti saya? mungkin bisa ikut berbagi cerita atau berbagi obat yang manjur? yang pasti dari beberapa rekan yang juga sakit seperti saya, banyak yang akhirnya meditasi, walaupun tidak beragama Buddha.
Tuesday 16 August 2022
Bekerja dengan orang Narsisistik (pengalaman)
Saya akui, saya juga melakukan hal yang sama. saya tidak pernah tahu apa itu, seperti apa orang yang memiliki gangguan mental, dan tidak peduli, jadi tidak pernah membaca juga. Akhirnya 2021 saya mulai melihat / kenal orang yang memiliki gangguan mental. Ada yang memiliki masalah depresi, ada yang selalu merasa hidupnya susah, ada yang bi-polar, namun yang paling berat dan parah adalah narsisis (menurut saya).
Narsisis yang saya maksud bukan, “narsis” seperti yang biasa kita dengar dalam kehidupan sehari hari. Narsisis adalah gangguan mental, berat, dan serius. Apa itu Narsisis? baca disini…
Dari pengalaman saya bekerja, sifat yang saya lihat dari seorang narsisis adalah,
- Adanya keinginan untuk dipuji dan dipuja, jadi bukan sekedar ingin pamer / sombong. Tapi dalam berbagai hal, kelihatan ingin dipuja, karena keinginan ini seorang narsisis akan bersikap sesuai “kebutuhan” agar dipuji / dipuja, dapat dikatakan manipulatif.
- Besarnya ego, dan rendahnya empati. Seorang narsisis akan mengutamakan dirinya, kondisi seseorang bukan prioritas. Sehingga seringkali kesehatan, ekonomi, kebahagiaan orang disekelilingnya menjadi kurang baik.
- Ketika ego seorang narsisis terusik, dia akan langsung marah besar dan mengamuk.
- Dalam kamus diri seorang narsisis tidak ada kata “aku salah” seorang narsisis akan terus menghindar, bahkan ketika dalam keadaan terpojok, seorang narsisis akan memberikan alasan yang tidak masuk akal / bodoh.
- Dengan sifat manipulatif, rendahnya empati dan tidak merasa salah, seorang narsisis ucapannya tidak dapat dipercaya
Keempat hal diatas adalah hal utama yang menurut saya menjadikan bekerja bersama seorang yang memiliki gangguan mental Narisis menjadi sangat berat dan rumit. Selama 1 tahun saya bekerja bersama seseorang yang narsisis, banyak masalah yang terjadi karena, apa yang dijanjikan tidak terjadi; tanggung jawab tidak dikerjakan tanpa alasan; “obral janji” kepada berbagai pihak; tidak dapat memberikan solusi yang baik; dan banyak lagi.
Lalu mengetahui hal tersebut bagaimana solusinya? untuk hal ini yang saya bisa sampaikan adalah, rekam semua hal, catat semua dengan rapi, siapkan bukti bukti, jika nanti terjadi hal hal yang memberatkan kita. Jika kondisinya berat dan penderita adalah orang yang superior dari kita, maka “tinggalkan” demi keselamatan dan kesehatan mental kita sendiri. Hanya hal sederhana ini yang saya rasa bisa menjadi saran utama.
Sekarang setelah berpisah, saya sendiri merasa “lelah” hati, energi terkuras karena besarnya beban yang muncul, masalah masalah, dan perasaan negatif yang ada. Tulisan ini juga, saya tulis mungkin sebagai bentuk “curhat” untuk saya melegakan hati.
Tulisan ini tidak saya tulis untuk kita membenci seseorang yang Narsisis atau bergejala, melainkan sebagai bentuk informasi bahwa masalah mental adalah nyata, dan dapat menyebabkan beban penderitaan tidak hanya bagi penderita namun juga orang orang disekitarnya.
Semoga tulisan singkat ini bisa bermanfaat, saya sendiri bukan seorang yang ahli dalam bidang psikologi, saya hanya seorang yang pernah menderita karena seorang Narsisis.