Thursday 9 May 2024

Apakah menjadi orang baik cukup?

 Memberi makan seseorang adalah hal baik, namun memberi makan pada orang yang kenyang kita akan mendapat penolakan, kemarahan atau makian.

Seberapa sering kita mendengarkan ajaran disekitar kita mengenai kebaikan, bagaimana kita harus baik kepada orang orang, orang tua, orang disekitar kita, orang yang membutuhkan bantuan, dalam bencana, dan lainnya. Hal mengenai kebaikan ini diajarkan oleh orang tua kita sejak kecil, disekolah, dalam ajaran ajaran agama, dimana mana; sayapun mengalami hal yang sama, sejak kecil banyak diajarkan mengenai kebaikan, bagaimana saya tidak boleh menyakiti, tidak boleh menyusahkan, tidak boleh mempersulit, dan lainnya.

Tentu hal ini tidak salah, adalah hal benar untuk diajarkan. Namun, apakah menjadi orang baik saja cukup?

Seiring berjalan waktu, semakin umur bertambah, saya menyadari bahwa "baik" saja tidak cukup; karena baik bisa berubah / relatif terhadap seseorang, untuk itu ada 1 hal penting yang juga dibutuhkan yaitu "bijak" agar kebaikan bisa mengarah ke arah yang tepat, karena suatu tindakan menjadi benar benar baik jika dilakukan pada waktu, tempat dan objek yang tepat. Untuk menentukan waktu, tempat dan objek yang tepat inilah diperlukan kebijaksanaan.

Ambil contoh sederhana, adalah makanan -- memberikan makan kepada orang yang kelaparan, maka orang tersebut akan sangat berterima kasih; berbeda halnya jika kita memberikan makan kepada orang yang kenyang, maka orang tersebut akan memberikan respon yang berbeda.

Saya ingat, ketika masa masa pandemi menerjang dengan keras pada tahun awal kejadian. Saat itu saya sedang di cafe saya yang kecil di sekitar Seminyak, Bali; karena kosong, jadi saya sedang santai duduk termenung sendirian. Tiba tiba datang seorang ibu, naik motor mendorong motornya dan parkir di pinggir jalan; ibu itu datang dan saya sapa, sambil bertanya ada yang bisa dibantu? dengan kata kata yang terdengar gelisah, ibu itu berkata butuh uang untuk beli bensin motor dan susu anak, jika ada pekerjaan dia mau bekerja sekedar agar bisa memenuhi kebutuhannya hari itu.

Mendengar itu, melihat keadaan ibu yang mendorong motornya; saya bilang, saya cek dulu ada berapa... lalu saya ambil uang 100.000 rupiah yang ada di dompet, dan memberikan ke ibu itu; saya berikan ke ibu itu dengan cuma cuma, tidak perlu bekerja karena memang tidak ada yang bisa dikerjakan, karena cafe juga sepi. Seketika ibu itu menangis terharu, dan berterima kasih, memberi doa dan akhirnya melanjutkan perjalanan. Yang mengejutkan saat itu adalah, bagaimana ibu itu menangis, padahal bagi saya uang tersebut adalah hal yang kecil dan bisa saya berikan...

Dampaknya sangat besar kepada ibu itu, karena yang saya lakukan pada objek, waktu dan tempat yang tepat. Bukankah begitu?

Sudah pernah mendengar tentang NPD, masalah mental berat Narssicistic Personality Disorder? adalah masalah kelainan kejiwaan yang sekarang ini sedang populer di bahas di sosial media. Kebetulan saya sudah bertemu, mengalami dan merasakan bertemu orang NPD. Apakah baik kepada NPD perlu?

[menurut Siloam hospital, NPD adalah gangguan mental dimana pengidapnya menganggap dirinya lebih baik dan lebih penting daripada orang lain, sehingga orang lain harus mengagumi, mencintai, dan membanggakannya. Salah satu gejalanya adalah, melakukan segala cara agar kemauan dirinya terwujud, tanpa peduli orang lain / rendah atau tanpa empati].

Jika mengetahui sesuatu akan membawa celaka, apakah kita perlu mendekatkan diri dengan tujuan "baik"? atau kita sebaiknya menghindar?

Lalu, bagaimana agar kebaikan benar benar baik? tepat sasaran?

Mengacu pada apa yang sudah saya sampaikan singkat diatas, ada 1 hal yang sering kali terlewatkan yaitu BIJAK. Kebijaksanaan adalah perlu agar kebaikan bisa tepat sasaran dan benar benar membari manfaat, baik kepada yang menerima kebaikan juga baik / bermanfaat bagi kita yang melakukan kebaikan tersebut.

Kebijaksanaan bisa kita bayangkan seperti "senter" yang mengarahkan kita ke jalan yang benar, ketika dalam kegelapan. Semakin baik "senter" kita, semakin mudah kita "melihat" jalan yang akan kita lalui.

Lebih baik memberikan pancing, daripada memberikan ikan?

Pernah mendengar kata kata diatas? maksudnya adalah lebih baik memberikan alat / ilmu yang bermanfaat bagi seseorang dalam menjalani hidup ini; daripada terus memberikan "kemudahan" yang dapat membuat seseorang ketergantungan pada bantuan/hanya bermanfaat sesaat. Ini juga adalah contoh menggunakan kebijaksanaan dalam berbuat baik.

Jika kita mengetahui seseorang sering sekali dibantu, dan nampak terbiasa dengan bantuan; bahkan sudah tidak merasa sungkan untuk minta bantuan... kemungkinan orang tersebut sudah ketagihan dengan bantuan, karena selalu dibantu / diberikan "ikan"; apakah kita masih harus membantu? mungkin kita bisa tawarkan hal lain yang lebih bermanfaat?

0 comments:

Post a Comment